Home  »  Cerita GroPerti » More Than A Hotel, A Living Investment

More Than A Hotel, A Living Investment

  

Pembaca

  

Bagikan

  
Cerita Hotel Central Front One Inn Tangerang

Tempat Singgah, Tempat Pulang, Tempat Memulai Lagi

Namaku Central Front Inn.
Aku bukan bangunan besar dengan seribu lampu yang menyala mencolok di malam hari. Aku tidak menjanjikan kemewahan layaknya hotel bintang lima, tapi aku menyimpan sesuatu yang tak tertulis di brosur: kehangatan.

Sudah puluhan ribu langkah menapaki lorong-lorongku. Ransel-ransel yang lelah dibuka di atas ranjangku. Tangis yang tercekat di balik pintu kamar. Tawa kecil yang pecah ketika pagi datang lewat jendela. Aku menjadi saksi sunyi—tapi setia—bagi banyak cerita yang tak pernah ditulis di manapun.

Dan sore itu, aku menyambut satu lagi.

Namanya Fikri.
Langkahnya berat, seakan ragu setiap kaki menyentuh lantai. Ia datang sendirian, mengenakan kemeja yang sudah tak serapi pagi tadi, dengan wajah lelah dan mata yang sedikit merah. Tapi bukan lelah karena perjalanan. Ada semacam badai kecil yang baru saja reda di dadanya.

Dia memesan kamar tanpa banyak bicara.
“Yang dekat jendela,” katanya.
Aku memberinya kamar 204—lantai dua, jendela menghadap langit luas yang sering dihiasi lampu pesawat datang dan pergi.

Saat malam mulai merangkak naik, Fikri berdiri di sana. Di depan kaca yang sedikit berembun karena udara luar yang lembap. Ia menatap pesawat yang baru saja mendarat, lampunya berkerlip lembut, seolah memberi kode bahwa semuanya baik-baik saja.

Aku mendengar napasnya berat, lalu ringan. Ada semacam desahan—bukan keluhan, bukan pula kelegaan. Lebih seperti… perenungan. Seolah ia sedang berdialog dengan dirinya sendiri di dalam diam.

Beberapa jam sebelumnya, ia duduk di ruang tunggu sebuah kantor di Jakarta, mengenakan kemeja yang sama, berusaha menjawab pertanyaan tentang masa depannya. Ia baru saja menyelesaikan wawancara kerja yang selama ini hanya ia bayangkan dalam doa. Dan besok pagi, ia akan terbang ke Surabaya. Bukan untuk liburan. Tapi untuk memulai ulang. Untuk menjauh dari sesuatu, atau mungkin—mendekat pada sesuatu yang lebih baik.

Tapi malam ini, ia tidak ingin berpikir tentang esok.
Ia hanya ingin merasa… tenang. Dan aku ingin menenangkannya.

Aku mendengarkan langkahnya turun ke café kecilku di lantai dasar. Hujan mulai turun, tidak deras, hanya gerimis yang membentuk garis-garis tipis di kaca. Ia memesan kopi. Duduk sendiri. Membiarkan uap dari cangkir hangat itu menenangkan tangannya yang dingin.

Aku suka ketika tamuku diam dan meresapi. Karena di situ, mereka benar-benar hadir. Di tengah segala yang bergerak cepat, ada waktu yang terasa berhenti di dalamku.

Tak lama setelah itu, Fikri menuruni tangga ke musholla kecilku. Ia duduk lama, bahkan setelah doa selesai. Mungkin untuk mendengar hatinya. Mungkin untuk sekadar bernafas dalam damai.

Malam itu tidak spektakuler. Tidak ada kejutan besar atau kejadian luar biasa. Tapi aku tahu: malam itu mengubah sedikit bagian dalam dirinya.

Karena kadang, seseorang tidak butuh jawaban. Ia hanya perlu tempat untuk diam, memeluk dirinya sendiri, dan merasa aman.

Dan aku?
Aku adalah tempat itu.


Fikri tidur dengan nyenyak malam itu. Dan ketika pagi datang, aku melihatnya berdiri di depan cermin, tersenyum kecil. Senyum seseorang yang belum sepenuhnya sembuh, tapi sudah cukup kuat untuk melangkah.

Ia meninggalkan kunci dengan ucapan singkat kepada resepsionis, “Terima kasih. Hotel ini… entah kenapa bikin tenang.”

Tentu saja, ia tak tahu bahwa aku—Central Front Inn—selalu menjaga malamnya. Bahwa lorongku mengantarkan langkahnya dengan lembut. Bahwa kamar 204 menyimpan jejak perasaannya malam itu.

Setelah ia pergi, aku tetap berdiri di sini.
Menunggu tamu berikutnya.
Mendengarkan cerita yang lain.


Aku bukan hanya bangunan.
Aku adalah perhentian dalam hidup banyak orang.
Tempat orang-orang menata ulang langkah, menghela napas, atau sekadar merasa tidak sendiri di tengah kota yang bergerak terlalu cepat.

Aku tahu, aku bukan satu-satunya hotel di sekitar bandara. Tapi aku percaya, tidak banyak hotel yang bisa jadi rumah sementara untuk hati yang lelah.

Dan kini, kisah seperti Fikri bisa terus hidup—atau bahkan tumbuh—melalui tangan baru. Seseorang yang tak hanya melihatku sebagai properti, tapi sebagai tempat lahirnya cerita-cerita kecil yang berarti.

Karena pada akhirnya, tempat yang paling berharga bukan yang paling mewah. Tapi yang paling bermakna.

📩 Jika kau merasa terpanggil untuk menjadi bagian dari kisah ini, pintuku terbuka.
Aku Central Front Inn. Aku masih berdiri di sini. Dan aku siap melanjutkan cerita bersamamu

Kenali aku lebih jauh di sini.
Hotel Central Front Inn dekat Bandara Soekarno Hatta di Kota Tangerang, Banten

✨ Ingin tahu bagaimana memiliki properti dengan jiwa?

Hubungi tim Groperti hari ini dan biarkan kami bawa Anda ke cerita selanjutnya.

Investasikan bukan hanya pada bangunan, tapi pada arti.

  
GroPerti adalah marketplace properti terpercaya dengan fokus fair price dan kemudahan penggunaan, memudahkan pemilik properti di seluruh dunia, khususnya di Indonesia.
fb
twit
logo
logo
linked
logo

Alamat Kantor

PT Sentral Global Properti

Gedung Graha Krama Yudha Lantai 4 Unit B Jl. Warung Jati Barat No. 43 Kel. Duren Tiga Kec. Pancoran Jakarta Selatan 12760

Telepon : 021-7945301