Karena jarak tak selalu diukur dengan kilometer—kadang dengan lelah yang tak sempat istirahat.

Suara klakson menyelinap lewat jendela yang setengah terbuka. Udara sore yang seharusnya membawa tenang, justru datang bersama debu jalan dan riuh kota. Di atas meja, secangkir teh melupakan uapnya. Di dalam dada, ada lelah yang bahkan tak sempat disadari kapan mulai bersarang.

Namaku Rina. Seorang ibu dari dua anak yang kini lebih sering mengenal peta kemacetan ketimbang aroma masakan hangat. Seorang istri yang terlalu sering menunda senyum karena terlalu sibuk mengejar waktu. Hidup kami, kalau boleh jujur, bukan tentang pilihan—tapi tentang bertahan.

Setiap pagi adalah lomba. Dari rumah ke daycare, dari kantor ke pasar, dari satu lampu merah ke lampu merah berikutnya. Dan setiap malam adalah penantian. Menunggu suami menyusul dari arah sebaliknya, menyusuri kota yang sama dengan kelelahan berbeda.

“Yang penting kita pulang bareng, walau telat,” katanya suatu malam, saat aku tertidur di sofa dengan anak kecil kami di pangkuan.

Kalimat itu indah. Tapi realitas kami tidak selalu begitu puitis. Semakin sering aku berpikir, mungkin kami tidak cuma butuh pulang—kami butuh rumah. Bukan tempat sekadar tidur dan berangkat lagi, tapi ruang untuk benar-benar hidup. Dekat, ringan, cukup.

Dua tahun lamanya kami menyimpan harap. Mencari-cari rumah di antara deretan iklan dan peta digital. Tapi selalu saja ada ganjalan: akses terlalu sempit, stasiun yang tidak searah, harga yang murah tapi lokasinya… sepi sekali. Kadang aku berpikir, apakah rumah impian itu memang hanya tinggal “impian”?

Lalu suatu malam biasa, ketika anak bungsu kami tertidur sambil memeluk jari telunjukku, aku membuka ponsel. Sekadar scroll untuk mengusir rasa jenuh.

Sebuah gambar rumah muncul di layar. Tidak istimewa. Tapi ada sesuatu dalam deskripsinya yang terasa… akrab.
📍 15 menit ke stasiun
📍 Dekat tol dan sekolah
📍 Lingkungan nyaman dan aman

Aku melihat ulang fotonya. Ruang tamu yang sederhana. Dapur kecil tapi bersih. Tiga kamar tidur. Taman mungil yang cukup untuk satu ayunan dan sepeda kecil. Dan entah kenapa, untuk pertama kalinya, aku tak hanya melihat rumah—aku membayangkan kehidupan di dalamnya.

Aku di dapur, mencuci gelas sambil mendengar suara tawa. Suamiku duduk di ruang tengah, menemani anak-anak menonton kartun. Tidak perlu jalan jauh, tidak perlu buru-buru. Kami… dekat.

Minggu itu, kami survei. Jalan kompleksnya tidak terlalu besar, tapi cukup. Saat mobil kami berbelok ke blok terakhir, aku memeluk suamiku dan berkata pelan, “Aku capek cari-cari… tapi ini kayaknya titik akhirnya.”

Rumah itu berdiri tenang. Tidak mentereng. Tapi entah kenapa, ada kehangatan yang menunggu kami di sana. Seperti ruang kosong yang siap diisi dengan cerita baru—lebih sederhana, lebih bahagia.

Dan mungkin, akhirnya, pulang tak lagi harus ditunda.

Masih dalam perjalanan mencari rumah yang “cukup”?

Kami juga sempat merasa rumah ideal itu terlalu jauh. Tapi ternyata, yang kami butuhkan bukan rumah paling besar—melainkan rumah yang paling mendekatkan kami pada hidup yang kami dambakan.

Kalau kamu juga sedang dalam pencarian, mungkin rumah ini bisa jadi titik awal ceritamu:
🔗 Rumah Minimalis di Bekasi yang Strategis dan Nyaman untuk Keluarga

Pertanyaan yang Sering Ditanyakan (FAQ)

1. Apakah rumah ini bisa dibeli dengan KPR?
Ya, tentu bisa. Kami bantu proses KPR sampai tuntas. Kamu juga bisa cek simulasi KPR rumah di Groperti.

2. Apakah lokasi rumah bebas banjir?
Iya, rumah ini berada di kawasan yang aman dan bebas banjir, serta memiliki lingkungan yang nyaman untuk keluarga.

3. Kalau rumah ini tidak cocok, apakah ada pilihan rumah lain di Bekasi?
Tentu. Cek juga daftar rumah dijual di Bekasi lainnya di Groperti.

4. Apakah Groperti bisa bantu cari rumah sesuai kebutuhan saya?
Bisa banget! Coba fitur cari properti pintar dari Groperti dan sesuaikan dengan lokasi, budget, serta preferensimu.

Karena rumah bukan sekadar bangunan—ia adalah tempat cerita kita dimulai.

Jika kamu sedang mencari tempat untuk memulai cerita baru bersama orang-orang yang kamu cintai,
Groperti siap menemani pencarian itu. Pelan-pelan, satu klik, satu rumah, satu harapan pada waktunya.