Izam Lisa
Aug 12, 2023
Share
12 Agustus 2023 menjadi salah satu hari besar bagi umat Hindu, hari ini merupakan perayaan Hari Raya Kuningan. Hari Raya Kuningan menjadi salah satu rangkaian Hari Raya Galungan yang dilaksanakan setiap 210 hari sekali dengan menggunakan kalender perhitungan Bali atau 10 hari setelah Hari Raya Galungan. Sama dengan Hari Raya Galungan, peringatan Hari Raya Kuningan juga dirayakan dengan berbagai tradisi khusus yang dilakukan oleh umat Hindu. Secara umum, tradisi ini dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur umat Hindu terhadap Ida Sesuhunan, Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dan Leluhur.
Selain itu, Hari Raya Kuningan juga dirayakan sebagai bentuk untuk menjaga kemenangan dharma yang dirayakan pada saat Hari Raya Galungan. Di Bali, Hari Raya penuh makna dan sakral ini seringkali menarik minat banyak orang untuk mengenal sejarahnya lebih dalam. Lalu bagaimana sejarah awal Hari Raya Kuningan? Kamu tidak harus datang ke Bali untuk mengenal sejarah Hari Raya Kuningan. Berikut ini sejarah singkat Hari Raya Kuningan..
Hari Raya Kuningan merupakan rangkaian dari Hari Raya Galungan. Umat Hindu merayakan Hari Raya Kuningan sejak 1200 tahun silam untuk mengenang kemenangan dharma melawan adharma. Sedangkan, kata Kuningan diambil dari kata “uning” yang berarti “ingat”. Kuningan juga berasal dari kata “kuning” yang berarti makmur dan Wuku yang ke-12. 1 Wuku dalam kalender Bali salam dengan 7 hari, sehingga pada kalender Wuku dalam 1 tahun terdapat 420 hari.
Perayaan Hari Raya Kuningan dilaksanakan setiap 210 hari pada hari Saniscara Kliwon Wuku Kuningan atau tepatnya pada 10 hari setelah Hari Raya Galungan. Dikisahkan dalam sejarah, terdapat peperangan yang terjadi antara Bhatara Indah dengan Mayadenawa. Bhatara Indah melambangkan dharma (kebenaran) sedangkan Mayadenawa melambangkan adharma (kejahatan). Peperangan antara keduanya berhasil dimenangkan oleh Bhatara Indah dan kemenangan ini dirayakan pada Hari Raya Galungan dan Kuningan.
Hari Raya Kuningan merupakan hari raya untuk memperingati kebesaran Sang Hyang Widhi dalam wujud Sang Hyang Parama Wisesa. Sang Hyang Parama Wisesa adalah roh-roh suci dan pahlawan yang berperan membentuk akhlak baik manusia. Pada hari yang penuh makna ini, umat Hindu melakukan persembahyangan kepada para dewa dan para leluhur. Persembahyangan dilaksanakan dengan menyiapkan sesajen berupa ajengan (nasi) berwarna kuning sebagai simbol kemakmuran. Hal ini juga diartikan sebagai bentuk rasa syukur dan terima kasih kepada Sang Hyang Widhi yang sudah melimpahkan rahmat-nya untuk kemakmuran dunia.
Merayakan Hari Raya Kuningan tidak hanya dilakukan satu hari saja sobat Gro, umat Hindu juga melaksanakan Hari Penampahan Kuningan sebagai bentuk persiapan untuk menyambut Hari Raya Kuningan. Hari Penampahan Kuningan ini berlangsung setiap Sukra Wage Wuku Kuningan atau satu hari sebelum Hari Raya Kuningan. Pada hari ini, umat Hindu melakukan penyembelihan hewan ternak dan membuat sesajen untuk sembahyang pada keesokan harinya. Persembahyangan dalam rangkaian Hari Raya kuningan dilakukan hanya setengah hari saja, sebelum jam 12 siang. Hal ini diyakini bahwa sebelum siang hari alam semesta seperti akasa, apah, pertiwi, teja, dan bayu (Panca Maha Butha) mencapai puncaknya. Setelah siang hari Panca Maha Butha tersebut memasuki masa pralina dimana semua energi tersebut kembali ke asalnya.
Perayaan Hari Raya Kuningan dirayakan dengan berbagai tradisi, setiap satu desa dengan desa yang lainnya mempunyai tradisi unik masing-masing, salah satunya tradisi Gerebeg Mekotek yang dilakukan di Desa Adat Munggu. Gerebeg Mekotek dulunya digelar untuk menyambut kedatangan para pejuang kerajaan Mengwi setelah mendapatkan kemenangan melawan kerajaan Blambangan. Namun seiring berjalannya waktu, tradisi ini digelar sebagai prosesi untuk menolak bala dan meminta keselamatan. Hal ini sudah melekat secara turun menurun, khususnya bagi masyarakat Desa Munggu.
Dikenal sebagai tradisi penolak bala, tradisi Gerebeg Mekotek dilakukan dengan menggunakan puluhan hingga ratusan tongkat panjang yang disusun membentuk formasi seperti piramid yang menjulang tinggi. Perayaan ini diikuti oleh 2000 peserta laki-laki yang berusia 12 – 60 tahun, sehingga membuat tradisi ini berlangsung sangat meriah, wah pasti seru banget, bukan?. Selain tradisi Gerebeg Mekotek, masih banyak berbagai tradisi di Bali untuk menyambut dan merayakan Hari Raya Kuningan.
Hari Raya Kuningan seakan menjadi hari yang ditunggu tak hanya oleh umat Hindu saja, hari raya ini juga menjadi hari suci kecintaan para wisatawan. Selain sebagai sebuah ritual atau perayaan keagamaan, perayaan sakral ini ternyata mampu menarik perhatian banyak wisatawan lho sobat Gro. Keunikan hari suci ini bisa membuat para wisatawan terpukau dengan keindahan tradisinya, sehingga banyak orang berbondong-bondong datang ke Bali. Sehingga Bali tidak hanya dikenal karena keindahan alamnya saja, melainkan juga karena tradisi dan kebudayaan yang ada disana.
Seperti Sobat Gro ketahui Galungan dan Kuningan di Bali berlangsung selama 10 hari. Maka dari itu, sekolah-sekolah di Bali libur selama 2 minggu untuk menyambut Galungan dan Kuningan, kok Min Gro baru tahu ya.. Fakta menarik lainnya mengenai Hari Raya Galungan dan Kuningan adalah identik dengan penjor yang menjulang tinggi di depan gapura setiap rumah umat Hindu. Penjor sendiri terbuat dari sebatang bambu yang ujungnya melengkung yang dihiasi daun janur dan dedaunan lainnya. Untuk perlengkapannya, Penjor juga dibuat dengan pala bungkah (umbi-umbian seperti ketela rambat, singkong, dll), pala gantung (kelapa, mentimun, pisang, nanas, dll), palawija (jagung, padi, dll), jajanan dan sanggah Ardha Candra yang dibuat dari bambu dengan bentuk dasar persegi empat dan atapnya melengkung setengah lingkaran menyerupai bentuk bulan sabit. Ujung penjor digantungkan sampiyan penjor dan dilengkapi dengan porosan dan bunga.
Penjor sendiri melambangkan naga basukih yang bermakna keselamatan, kesejahteraan, dan kemakmuran. Sedangkan pemasangan penjor bertujuan sebagai ungkapan terima kasih atas kemakmuran yang sudah diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi. Penjor sendiri dibuat sedemikian rupa untuk merayakan Hari Raya Galungan dan Hari Raya Kuningan agar lebih meriah. Mengenal Hari Raya Kuningan dengan beragam tradisi dan keindahannya bikin Min Gro terpukau, Min Gro jadi gak sabar banget pengen cepat-cepat berangkat ke Bali..
Ngomongin soal Bali dengan nuansanya yang adem dan asri, sobat Gro tidak harus pergi ke Bali untuk menikmatinya. Di Groperti sobat Gro bisa dapatkan hunian dengan nuansa Bali dan tetap ada di lokasi strategis yang dapat menunjang aktivitas mu. Selamat Hari Raya Kuningan, ya..
Keyword : Hari Raya Kuningan, sejarah, makna, tradisi
Sumber : Desasangeh Kabupaten Bandung, detikEDU.com, instiki.ac.id, pinterest.com
Parlin Martua Silitonga
Dec 8, 2024
4 KT
4 KM
300m²
150m²
Bagikan
Serupa
4 KT
4 KM
300m²
150m²
Bagikan
Serupa
GroPerti adalah marketplace properti terpercaya dengan fokus fair price dan kemudahan penggunaan, memudahkan pemilik properti di seluruh dunia, khususnya di Indonesia.
PT Sentral Global Properti
Gedung Graha Krama Yudha Lantai 4 Unit B Jl. Warung Jati Barat No. 43 Kel. Duren Tiga Kec. Pancoran Jakarta Selatan 12760
Telepon : 021-7945301
© 2023. GroPerti . All rights reserved.